Berbagi Cerita Suka & Duka Program Toilet Training (2)
Di artikel Berbagi Cerita Suka & Duka Program Toilet Training sebelumnya, terpapar banyak cerita tentang kendala yang dialami para Bunda dalam menerapkan program toilet training, dalam curhatan di Komunitas Toilet Training di grup Facebook.
Dan ternyata masih ada sejumlah curhat, sharing pengalaman, tanggapan, saran tentang toilet training yang terpapar di sini. Siapkan terlebih dahulu camilan yuk Bund, sebelum lanjut menyimak curhatan para Bunda ini sampai tuntas.
Bunda Cahyaningrum mengawali curhatnya, sebagai berikut:
Saya baru gabung ke grup ini. Mengatasi ketakutan anak sama pupnya gimana ya, Bund? Anak saya sudah lulus pipis di kamar mandi. Tapi kalau pupnya, diajak ke kamar mandi malah nangis, alih-alih pup di celana atau malah bisa dia tahan, supaya pupnya tuh tidak dia lihat. Dibelikan potty, jadi mubazir.
Bunda Desmalia pun menyambung dengan curhatannya:
Saat ananda berusia 2 tahun 1 bulan, kami memutuskan untuk TT (toilet training). Alhamdulillah, dalam waktu sebulan, ananda sudah bisa ngomong “pipis” atau “mpup” saat mau buang air. Tapi entah kenapa, setelah sekitar 6 bulan kemudian, malah kemunduran. Ananda sudah sering bocor atau menahan-nahan pipis (tidak mau bilang). Dan sampai sekarang malah setiap kali diajak pipis selalu tidak mau, padahal sudah gelagat kebelet dan seringkali bocor.
Ini ada pengalaman dari Bunda Umi Alwi, yang sudah berhasil melewati program toilet training:
Alhamdulilah kalau mau pup sudah bilang, mau pipis juga sudah bilang. Tapi kalau pipis suka ditahan, menunggu sampai nggak ketahan banget baru bilang, kadang suka ada pipis di celananya sedikit karena nggak ketahan. Proses toilet training sekitar 2 bulan setengah.
Cerita naik-turun juga dialami oleh Bunda Dwi Yuni, sebagai berikut:
Anakku usia 28 bulan, sudah sejak sebulanan yang lalu latihan pup di toilet, dan alhamdulillah setiap pup sudah bisa bilang dan berhasil pup di toilet. Nah, 2 mingguan ini mulai aku ajarin pipis juga di toilet. Awal-awal masih sambil pakai diapers, kadang kelepasan pipis, walau kadang dari pagi sampai sore diapers-nya kering.
Semingguan ini mulai pakai training pants. Tapi malah 3 hari ini dia selalu pipisnya di celana. Sebelum pipis tidak mau bilang. Tahu-tahu sudah pipis. Padahal setiap ditanya, “Agatha kalau mau pipis di mana?” Dia bisa jawab "Kamar mandi". “Boleh nggak pipis di celana?” Dia jawab "Nggak boleh, Agatha sudah gede".
Kira-kira kenapa ya, Bund? Btw alhamdulillah anakku sudah lancar ngomongnya, jadi bisa diajak diskusi. Tapi ya gitu, jadi bingung aku. Teorinya sudah pintar, tapi praktiknya kok nggak mau dia.
Atas cerita tersebut, Bunda Vitha memberikan responnya, sebagai berikut:
Dulu waktu aku ngajarin anak toilet training juga begitu. Anak sudah paham kalau pipis harus buka celana lalu ke toilet. Tapi kadang dia minta perhatian kita lebih, jadi seperti sengaja pipis di celana. Karena kalau pas dia pipis di celana, aku jadi ngomel-ngomel ke dia, lebih banyak perhatiannya ke dia. [Jangan ditiru ya, Bund, ngomel-ngomelnya hehe].
Dan setelah aku perhatikan, selalu begitu. Pipis di celana seperti jadi senjatanya buat dapat perhatian. Kudu ekstra-sabar dan berproses. Padahal aku juga sudah menerapkan pujian setiap dia berhasil pipis di toilet.
Tak ketinggalan, Bunda Anita Intan juga memberikan respon dan saran berdasarkan pengalamannya:
Anak saya baru benar-benar lulus toilet training (membuka celana dan pipis di kamar mandi sendiri) pada usia sekitar 3 tahun. Kalau sebelum itu, orangtuanya yang harus lebih aktif mengingatkan dan mengajak ke kamar mandi.
Saran saya: Diteruskan saja, Bund. Dan jangan lupa untuk memberikan apresiasi setiap kali berhasil.
Dulu anak saya kalau setiap berhasil pipis di kamar mandi, saya timang dan puji-puji. Pernah pakai stiker bintang juga. Kalau ngompol, saya ajak dia membersihkan bekas pipisnya, sambil bilang “Tuh kak, kalau pipis nggak di kamar mandi, repot, harus dibersihkan dan ganti celana”.
Sementara Bunda Reza mengajukan pertanyaan singkat begini:
Kira-kira anak diajarkan toilet training itu sebaiknya pas sudah disapih atau pas masih disusui?
Pertanyaan tersebut mendapat respons jawaban dan saran dari Bunda Desmalia:
Izin sharing. Toilet training bisa dari masih menyusui, Bund. Setahuku walau masih pakai popok, kalau anaknya sudah bisa duduk, coba dipipiskan beberapa jam sekali. Ini untuk membangun kebiasaan duduk di WC untuk pipis. Jd pas nanti waktunya lepas popok, katanya akan lebih mudah. Saya pas anak pertama belum coba, sih, mau dicoba di anak kedua.
Segenap curhatan, sharing cerita pengalaman, pertanyaan, tanggapan dan saran dari para Bunda di grup Facebook Komunitas Toilet Training tersebut diharapkan bisa menginspirasi dan memotivasi para Bunda yang juga menemui berbagai kendala saat menjalani program toilet training. Ini juga berlaku terutama buat ara Bunda yang saat ini masih ragu-ragu untuk memulainya.
Melalui 2 artikel ini, dan juga artikel-artikel lainnya tentang toilet training, mari kita sukseskan program toilet training ini dengan penuh antusias. Buat Bunda yang baru akan memulainya, mungkin bisa mengawalinya dengan bergabung ke Komunitas Toilet Training dan saling berbagi cerita di sana, kapan pun dan dari mana pun, karena Bunda bisa dengan mudah mengaksesnya melalui hp. Semangat, Bund!