Cara Mengatasi Anak Lambat Bicara
Usia balita merupakan usia emas bagi pertumbuhan dan
perkembangan si Kecil. Bunda perlu membekali diri dengan pengetahuan seputar
tumbuh kembangnya. Salah satu hal yang perlu Bunda ketahui yaitu mengenai tanda keterlambatan tumbuh
kembang pada anak, termasuk keterlambatan bicara atau speech delay.
Deteksi Dini Keterlambatan Bicara Pada Si Kecil
Keterlambatan perkembangan si Kecil dapat
terjadi pada satu ranah atau lebih. Secara garis besar perkembangan anak terdiri dari motor
kasar, motor halus, bicara atau bahasa, kognitif, personal, sosial dan
kemandirian.
Keterlambatan bicara merupakan hal yang sering dijumpai. Penyebabnya sangat luas dan kompleks, sehingga
perlu diketahui tBunda-tBundanya agar mudah mendeteksi terjadinya keterlambatan
bicara pada si Kecil.
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keterlambatan bicara
pada anak, diantaranya adalah:
1.
Gangguan pendengaran
5.
Gangguan organ mulut seperti gangguan artikulasi
6.
Anak dibesarkan di lingkungan dua
bahasa/ bilingual.
Untuk mengetahui diagnosis pasti penyebabnya,
diperlukan pendekatan multidisiplin oleh dokter anak, telinga-hidung-tenggorok
(THT), psikolog dan psikiater anak, dan terapi dapat dimulai secara sistematis
sesuai keadaan pasien.
Sebenarnya, perkembangan bicara tiap anak
berbeda-beda. Namun, ada patokan dasar yang bisa Bunda gunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
bicara anak sesuai usianya. Hal ini bisa diterapkan untuk mendeteksi apakah
anak Bunda mengalami keterlambatan dalam berbicara atau tidak.
Berikut ini adalah patokan kemampuan berbicara anak sesuai usianya.
Usia 3 bulan
Pada usia ini, bayi mulai mengeluarkan suara
yang tidak memiliki arti seperti berdekut atau bisa dibilang ‘bahasa bayi’. Dia
juga sudah mulai mengenali dan mendengarkan suara Bunda serta memperhatikan
wajah Bunda saat berbicara kepadanya. Sebagai orang tua, Bunda harus jeli
dengan tiap tangisan yang dia keluarkan. Pada usia tiga bulan, bayi sudah bisa
menangis untuk kebutuhan yang berbeda-beda.
Usia 6 bulan
Bayi mulai mengeluarkan suara-suara yang
berbeda dan terdengar lebih jelas suku katanya, walau tidak memiliki arti,
seperti mengucapkan “da-da” atau “ba-ba”. Pada akhir usia enam bulan, bayi
sudah bisa bersuara untuk mengekspresikan kondisinya saat senang atau sedih,
melihat ke arah yang menimbulkan suara, dan memperhatikan alunan musik. Saat
namanya disebut, bayi juga sudah bisa menoleh ke arah Bunda.
Usia 9 bulan
Setelah usia sembilan bulan, bayi akan memahami
beberapa kata dasar seperti ‘”tidak” atau “ya”. Dia juga mulai menggunakan nada
suara yang lebih luas.
Usia 12 bulan
Dia sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau
“ayah” dan menirukan kata-kata yang Bunda ucapkan. Pada usia satu tahun ini, dia sudah bisa memahami beberapa
perintah seperti, “Ayo, kemari” atau “Ambil botolnya”. Bayi juga sudah mengenal
beberapa benda seperti sepatu, boneka, atau botol susu.
Usia 18 bulan
Bayi sudah bisa mengulang kata-kata yang Bunda ucapkan kepadanya
dan akan menunjuk ke sebuah benda atau bagian tubuh yang Bunda sebutkan. Di usia
tersebut, bayi juga sudah bisa mengucapkan sekitar 10 kata dasar. Namun normal
jika ada beberapa kata yang masih belum jelas pengucapannya seperti kata “makan”
disebut “mam”.
Usia 24 bulan
Dia sudah bisa mengucapkan setidaknya 50 kata
dan berkomunikasi memakai dua kosa kata seperti “mau susu”.
Usia 3-5 tahun
Kosakata yang dimiliki anak pada usia tersebut
akan berkembang dengan cepat. Pada usia tiga tahun, sebagian besar anak-anak
dapat menangkap kosakata baru dengan cepat. Mereka juga sudah bisa memahami
perintah yang lebih panjang seperti, “Ayo, cuci kaki dan sikat gigi” atau “Buka
sepatunya lalu ganti baju”.
Pada usia empat tahun, dia akan berbicara
menggunakan kalimat yang lebih panjang dan bisa menjelaskan sebuah peristiwa.
Satu tahun kemudian, dia sudah bisa berbincang-bincang dengan orang lain.
Cara Mengatasi Anak Lambat Bicara
Peran aktif Bunda
sebagai orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan bicara anak. Ada
cara-cara yang bisa Bunda lakukan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi Si
Kecil.
1. Ikuti Semua ucapannya
Perhatikan
suara-suara tidak jelas ala bayi yang
terucap dari Si Kecil. Kemudian ikuti dengan persis suara tersebut. Meski Bunda
tidak mengerti apa maksudnya, Bunda bisa mengulangi perkataannya sesuai yang Bunda
tangkap. Lalu bertanya kepadanya apa maksud dari kata-kata tersebut.
2. Berbicara sambil memperagakan kosa katanya
Saat berbicara dengan
bayi, Bunda harus aktif bergerak dan ekspresif. Misal Bunda mengatakan, “Ayo,
kita minum susu” sambil menggoyang-goyangkan botol susu
3. Biasakan Membuat Narasi
Meski dia belum bisa
berbicara layaknya orang dewasa, Bunda tetap bisa memakai percakapan
sehari-hari saat berkomunikasi dengannya. Misalnya saat memakaikan baju pada
anak Bunda bisa berbicara, “Hari ini adik pakai baju motif bunga-bunga agar
terlihat cantik” sambil memperlihatkan baju kepada Si Kecil. Hal ini bisa
membantu bayi memahami objek tertentu melalui perkataan Bunda. Terapkanlah hal ini
pada kegiatan lainnya seperti saat mandi, memberikan makan, mengganti popok,
dan sebagainya.
4. Kembali Menjadi Anak Kecil
Ketika memiliki anak,
terkadang orang tua harus bisa berakting menjadi anak kecil. Ajak Si Kecil
untuk bermain, berpura-pura, atau membayangkan sesuatu untuk mengembangkan
kemampuan verbalnya. Misalnya, pura-pura menelepon ayah dengan telepon mainan.
5. Puji Perkembangannya
Selalu beri pujian,
senyuman dan pelukan tiap kali dia mengeluarkan suara atau kosakata baru. Pada
umumnya, bayi belajar berbicara dari reaksi orang-orang di sekitarnya.
Kapan Bunda Harus Konsultasi ke Dokter?
Bunda bisa
berkonsultasi ke dokter anak jika anak terlambat bicara atau tidak sesuai
patokan dasar yang telah disebutkan di atas. Sebaiknya lakukan pengecekan ke
dokter sedini mungkin ketika Bunda melihat ada kejanggalan pada Si Kecil. Hal
tersebut bisa sangat bermanfaat bagi masa depannya.