facebook pixel

Kenali Gangguan Makan pada Anak dan Solusinya

Main Image: Kenali Gangguan Makan pada Anak dan Solusinya

Sebagian orang tua beranggapan bahwa sulitnya anak makan itu hal yang umum dan biasa saja. Mereka biasanya merasa punya solusi dengan memberikan anak vitamin atau suplemen, tanpa mencari tahu lebih lanjut penyebabnya.

Akibatnya, terjadi keterlambatan penanganan, yang berdampak pada timbulnya komplikasi dan gangguan tumbuh kembang di kemudian hari. Bahkan anak lebih rentan terhadap infeksi. Lebih jauh lagi, masalah gangguan makan juga berpotensi mengganggu perkembangan kognitif, perilaku, hingga kelainan makan yang bisa terbawa sampai remaja dan dewasa.

Penyebab Gangguan Makan Anak

Gangguan makan pada anak ini yang paling sering terjadi adalah disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang cara pemberian makan yang baik dan benar. Ini harus diakui.

Bunda harus memperhatikan aspek-aspek dalam memberikan makan anak, sebagai berikut:

  • Makanan higienis.
  • Sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
  • Kuantitas dan kualitas terjaga.
  • Tepat waktu. 
  • Berlakukan durasi waktu dalam makan.
  • Tegas tapi tidak memaksa.


Jenis Gangguan Makan Anak

1. Pilih-Pilih Makanan

Anak dengan gangguan ini disebut “Picky Eater”. Sering terjadi di usia 2-3 tahun, kadang sampai 6 tahun. Ini normal, kok, hampir semua anak mengalami periode ini. Kebiasaan ini biasanya akan berkurang atau hilang seiring pertumbuhannya. 

Coba cek kondisinya, biasanya pemicu terjadinya anak pilih-pilih makanan adalah dari sisi makanan dan juga dirinya. Mungkin tekstur, rasa, tampilan makanan yang kurang variatif dan kurang menggugah selera. Mungkin juga anak sedang sakit, atau mengalami problem pada area mulut, seperti sariawan dan sakit gigi.


Solusi untuk Bunda:

  • Hindari paksaan, terlebih hukuman untuk anak yang susah makan.
  • Kenalkan beragam makanan dengan bentuk, rasa, tekstur, warna yang berbeda-beda.
  • Sajikan makanan dengan lebih menarik. Bisa dari makanannya yang dibentuk-bentuk lucu, atau dari piring dan gelasnya yang bermotif gambar favoritnya. Selera makan anak akan meningkat berkatnya.
  • Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.


2. ARFID

Singkatan dari Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder. Dibandingkan dengan Picky Eater, gangguan ARFID ini punya pengaruh lebih kuat terhadap pola makan si kecil. Sejak awal penderita ini akan menunjukkan preferensi yang kuat terhadap kelompok makanan tertentu. 

Contohnya, anak hanya mau makanan yang kriuk (crunchy) atau manis-manis saja. Selain itu akan anti. Bentuk penolakannya antara lain: sulit menelan, susah mengunyah, muntah, hingga mengamuk saat makan.

Solusi untuk Bunda:

  • Treatment dan penanganan yang diberikan untuk problem ARFID ini berbeda-beda untuk setiap individunya, tidak ada yang sama, karena disesuaikan dengan masalah dan tantangan yang dihadapi. Selain itu juga tergantung dari levelnya, kondisi kesehatan, hingga kedekatan dengan tim pengobatan. 


3. Makanan Diemut

Ini juga banyak terjadi pada anak-anak umumnya. Makanan yang sudah berada di mulut cukup lama tapi tak kunjung ditelan. Penyebabnya bisa beragam, di antaranya: sakit gigi, sedang tumbuh gigi, sariawan, radang tenggorokan, atau bahkan ada masalah pada sistem pencernaannya.

Tapi selain sisi kesehatan, bisa juga anak mengemut makanan ini karena merasa bosan dengan menu makanan itu. Selain itu, bisa jadi si anak merasa trauma akibat pernah dipaksa makan. Dia berpikir, dia merasa aman dengan cara mengemut makanan itu.


Solusi untuk Bunda:

  • Ajak anak ke dokter untuk memastikan apakah ada gangguan kesehatan, sehingga bisa segera ditangani.
  • Coba beri anak makan dalam porsi suapan kecil, sedikit demi sedikit.
  • Hidangkan menu variatif dengan sajian menarik, baik dari sisi makanannya maupun piringnya.
  • Hindari memaksanya untuk segera mengunyah dan menelan makanan di mulutnya. Coba cari istilah bahasa yang lebih mudah dimengerti mengapa ia perlu melakukannya.


4. Tak Merasa Lapar

Anak tak sedikitpun tertarik untuk menyentuh dan mencicipi menu makanan yang Bunda sajikan di meja. Padahal waktu makan sudah lewat. Alasannya: belum lapar, masih kenyang.

Penyebabnya, Mungkin ia terlalu banyak makan snack dan mengonsumsi yang manis-manis. Atau, bisa jadi ini adalah upaya “caper”, alias cari perhatian Bunda.


Solusi untuk Bunda:

  • Atur jadwal makan dengan baik. Mulai dari sarapan, makan siang, makan malam, termasuk juga snack time di sela-sela jam makan.
  • Batasi waktu makan. Hindari makan lebih dari 30 menit. Hentikan meski anak belum selesai menghabiskan makanan. Berikan lagi di jadwal makan berikutnya.
  • Hindari pemberian makanan dan minuman manis menjelang makan agar perutnya tidak kenyang dan menurunkan nafsu makan.
  • Ciptakan suasana makan yang nyaman dan santai.
  • Temani anak makan. Ini untuk memenuhi kebutuhannya terhadap perhatian.
  • Selesaikan makanan utama sebelum makanan penutup yang manis.
  • Sajikan menu makanan ringan berbahan buah-buahan.
  • Jadi model yang baik bagi anak dengan tidak membiasakan jajan.


5. Alergi Makanan

Ini kondisi yang perlu perhatian ekstra. Setelah makan telur atau udang, anak jadi merasa gatal-gatal. Selain faktor genetik, penyebab alergi makanan ini bisa karena sistem pencernaan anak yang belum matang. 

Sistem pencernaan yang matang dilengkapi selaput di usus yang berfungsi untuk melindungi dan menghalangi alergen masuk ke dalam tubuh. Ini adalah sistem pelindung.


Solusi untuk Bunda:

  • Konsultasikan ke dokter untuk melakukan tes alergi.
  • Hindari makanan pemicu alergi. Jika disebabkan faktor genetik, ikuti saja jenis makanan yang dihindari orangtua.
  • Ciptakan suasana makan menyenangkan.

Dengan mengetahui berbagai jenis gangguan makan pada anak, serta penyebab dan juga solusinya, Bunda bisa mengantisipasi dan memberikan tindakan terbaik untuk mencegah terjadinya komplikasi dan gangguan tumbuh kembang pada anak.

Share this Post:
Whatsapp Telepon SMS