Konsekuensi Persalinan Caesar Terhadap Imunitas Si Kecil
Menantikan lahirnya sang buah hati yang sudah hampir 40 minggu berada dalam kandungan, tentu menjadi hal istimewa dan luar biasa buat semua wanita. Melahirkan bayi secara normal alias vaginal birth pun menjadi impian.
Namun seringkali karena adanya kondisi-kondisi tertentu terkait dengan kehamilan, dan atas pertimbangan keselamatan bayi dan juga ibunya saat proses melahirkan, maka persalinan normal tidak bisa ditempuh. Persalinan Caesar (C-Section) pun mau tidak mau menjadi pilihan.
Konsekuensi Persalinan Caesar
Pilihan untuk melahirkan si kecil dengan cara Caesar bukan tanpa konsekuensi. Di sisi Bunda, jelas biaya persalinan akan membengkak karena diperlukan tindakan operasi bedah dan treatment lainnya. Lalu proses recovery yang diperlukan akan lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal.
Konsekuensi di sisi bayi, ternyata persalinan dengan cara Caesar memberikan dampak terhadap imunitas atau daya tahan tubuh si kecil. Bayi menjadi lebih sensitif dan rentan terhadap alergi dan penyakit. Mengapa bisa demikian?
Penjelasannya begini, di dalam saluran tubuh manusia itu terdapat mikrobiota (bakteri), di mana ada bakteri baik dan juga bakteri jahat. Bakteri baik yang terdiri dari lactobacillus, bifidobacterium, dan escherichia coli ini bermanfaat dalam menjaga kesehatan sistem imunitas tubuh dan pencernaan.
Nah, bayi yang lahir melalui persalinan normal, akan menerima bakteri baik dari tubuh ibunya. Bakteri baik tersebut akan masuk dan terserap ke dalam tubuh si kecil lewat sel-sel tubuh, lalu terus meningkat dan bertambah banyak.
Hal ini berbeda kondisinya dengan bayi yang dilahirkan dengan metode persalinan Caesar. Si kecil tidak tersentuh “jalan lahir” yang seharusnya, sehingga perkembangan mikrobiota normal yang terdapat di usus menjadi tidak optimal. Hal ini akan berpengaruh pada daya tahan tubuh pada proses tumbuh-kembangnya. Akibatnya, si kecil menjadi sensitif dan rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering muncul pada kondisi ini adalah diare. Sedangkan potensi penyakit lainnya adalah Asma, penyakit jaringan ikat, Arthritis, radang usus, imunodefisiensi, hingga leukemia. Seram ya, Bun..
Pelukan & ASI Sebagai Solusi
Jika kondisi tersebut Bunda alami, Bunda tidak perlu cemas. Ada solusi yang mampu meminimalkan risiko pada bayi yang lahir dengan metode Caesar. Apa itu?
Langkah pertama yang harus Bunda lakukan adalah memeluk bayi sesaat setelah lahir. Pelukan hangat Bunda, di mana kulit si kecil bersentuhan dengan kulit Bunda, sedikit banyak akan menyalurkan bakteri baik yang dibutuhkannya, walau tentu tidak sebanyak yang didapat dari “jalan lahirnya”.
Langkah selanjutnya, beri asupan si kecil dengan ASI. Air Susu Ibu menjadi nutrisi paling baik untuk bayi karena mudah dicerna dan mengandung zat-zat gizi yang diperlukan, terutama untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Melansir Healthline, ASI memiliki kandungan antibodi yang dikenal dengan immunoglobulin. Senyawa ini merupakan sejenis protein yang dapat mengantarkan kekebalan untuk si kecil.
Bahkan, kolostrum atau air susu yang berwarna kuning yang keluar pertama kali diyakini memiliki kandungan immunoglobulin paling tinggi, yang memiliki peran penting dalam mencegah kuman, bakteri, virus, dan jamur yang dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
Berikan asupan ASI secara eksklusif, di mana diberikan selama 6 bulan penuh, tanpa adanya asupan lain. Ini wajib. Setelah itu Bunda tetap memberikan asupan ASI dengan mpASI (makanan pendamping ASI) hingga 2 tahun.
Setelah mengetahui perbedaan pada proses kelahiran si kecil, baik melalui persalinan normal maupun melalui metode Caesar, serta memahami konsekuensi persalinan Caesar yang dapat berdampak ke imunitas si kecil, Bunda dapat lebih bersiap diri dan mengantisipasi kondisi tersebut. Yang penting ada solusi yang bisa diterapkan jika kondisi tersebut harus terjadi.