Penyebab Bayi Muntah dan Cara Mengatasinya
Muntah pada bayi itu normal, kok, Bun. Walau ada beberapa kasus bayi muntah yang berawal dari kondisi tidak normal. Apapun kondisinya, Bunda pasti auto khawatir. Terlebih jika frekuensi muntahnya cukup sering.
Agar Bunda tidak khawatir berlebihan, Bunda harus mengetahui penyebab-penyebab mengapa bayi bisa muntah dan juga cara menanganinya, sehingga tindakan penanganan yang Bunda ambil bisa tepat.
Muntah Atau Gumoh?
Sebelumnya, apakah Bunda tahu apa perbedaan antara muntah pada bayi dengan gumoh? Keduanya memang sering susah dibedakan, sih, akibatnya dua-duanya acapkali dianggap sama: muntah.
Gumoh adalah keluarnya kembali air susu yang sudah ditelan bayi. Penyebabnya ada 2, yaitu:
- Ukuran lambungnya masih kecil, sehingga gampang penuh. Banyaknya susu yang dikonsumsi, plus udara yang masuk saat ‘nenen’ akan memicu terjadinya proses kembalinya isi lambung ke kerongkongan, atau disebut reflux.
- Otot berbentuk cincin (sfingter esofagus) di kerongkongan bayi yang bertugas untuk membuka dan menutup pintu masuk ke lambung belum berfungsi optimal.
Sementara kalau muntah itu disebabkan oleh hal lain, selain dari faktor kelebihan beban lambung dan juga otot kerongkongan yang belum bekerja secara sempurna.
Penyebab Bayi Muntah
Berikut ini beberapa penyebab bayi muntah yang perlu Bunda ketahui:
1. GER
GER singkatan dari GastroEsophageal Reflux atau biasa disebut reflux saja, merupakan proses terdorongnya kembali isi lambung ke kerongkongan dan akhirnya dikeluarkan melalui mulut. Makanan yang sudah ditelan akan dikeluarkan lagi akibat peningkatan refleks pada sistem pencernaan bayi.
2. Alergi makanan
Bayi yang mempunyai alergi terhadap makanan bisa menjadi penyebab muntah. Selain muntah, efek dari alergi ini bisa juga gatal-gatal, sesak napas, susah menelan, dan batuk-batuk. Pada kondisi alergi yang parah, bayi bisa diare berdarah. Makanan yang biasanya menyebabkan alergi adalah udang, ikan, telur, susu, kacang-kacangan, dan gandum.
3. Tumbuh gigi pertama
Saat bayi tumbuh gigi pertama atau disebut teething, adalah fase di mana kekebalan pasif bayi menurun sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Saat ada infeksi bakteri, virus, atau alergi yang menyerang, maka bayi akan lebih gampang muntah.
Muntah-muntah pada fase teething ini bisa sembuh dengan sendirinya, kok. Bunda pastikan saja bayi mendapatkan asupan cairan yang memadai, selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan istirahat yang cukup.
4. Infeksi
Kekebalan tubuh bayi berkembang seiring pertumbuhannya. Di awal setelah kelahiran, ia relatif rentan mengalami infeksi. Beberapa infeksi yang bisa menyerang adalah infeksi meningitis, infeksi saluran kemih, dan infeksi telinga. Semuanya memicu bayi muntah. Selain muntah, bayi juga bisa diare. Kondisi ini butuh penanganan dokter.
5. Stenosis pilorus
Kondisi langka ini terjadi di mana klep otot bayi yang berada di antara lambung dan usus halus menjadi besar dan tebal. Akibatnya makanan yang sudah ditelan dan berada di lambung tidak bisa masuk ke usus halus. Ini memicu bayi muntah. Pada kondisi parah, muntahannya bisa menyembur (proyektil). Asupan ASI yang dimuntahkan bisa berubah kuning dan kental.
Cara Mengatasi Bayi Muntah
Setelah mengetahui penyebab-penyebab bayi muntah, sekarang Bunda perlu memahami bagaimana cara menangani bayi yang muntah. Ini adalah tindakan P3K saat bayi muntah.
1. Cegah dehidrasi
Berikan bayi banyak minum air putih agar terhindar dari dehidrasi alias kurang cairan tubuh. Jika Bunda menggunakan obat Oralit, pastikan sesuai petunjuk, atau konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
2. Ubah posisi
Pada kasus reflux, cara mengatasinya adalah dengan mengubah posisi bayi, yaitu:
- Posisi tegak saat memberi makan bayi.
- Angkat bayi setelah disusui atau makan.
- Saat menggendong bayi setelah makan atau ‘nenen’, jangan sambil digoyang-goyang.
- Baringkan bayi bertumpu pada sisi kiri tubuhnya.
3. Batasi gerakan
Segera istirahatkan bayi dan pastikan tidak banyak bergerak. Bunda bisa menidurkannya di kasur atau menggendongnya dalam posisi yang nyaman.
4. Stop obat perangsang muntah
Jika ada obat yang diduga dapat merangsang bayi muntah, segera hentikan pemberiannya. Jika frekuensi muntah belum mereda, segera hubungi dokter.
5. Stop makanan padat
Jika bayi sudah mengonsumsi makanan padat, hentikan pemberiannya selama 6 jam. Sebagai pengganti kalori dan nutrisinya selama muntah, Bunda bisa berikan bubur yang dicampur puree (sayur, buah, dan kacang-kacangan yang ditumbuk dan diayak menjadi pasta).
6. Minuman manis
Untuk usia lebih dari 1 tahun, Bunda bisa berikan minuman manis berupa jus buah, madu, atau sirup. Berikan secara bertahap mulai dari 1-2 sendok makan setiap 15 menit. Ini efektif untuk meredam muntah.
Nah setelah mengetahui penyebab bayi muntah dan cara mengatasinya, Bunda bisa lebih tenang menghadapi bayi yang muntah. Tapi jika Bunda mendapati muntahnya berkelanjutan, atau dengan kondisi:
- Muntah tetap berlangsung selama 12 jam
- Disertai diare, gangguan saraf, atau gangguan pernapasan
- Lemas atau ada tanda dehidrasi
- Sakit perut
- Isi muntahan berwarna kehijauan
Maka sebaiknya Bunda segera bawa dan konsultasikan ke dokter. Pastikan juga bayi merasa lebih tenang saat penanganan masalah muntahnya dengan mengenakan popok cuci ulang yang berkualitas baik, seperti produk clodi dari Minikinzz. Bayi muntah? Siapa takut!