Perlukah Toilet Training untuk Anak Remaja yang Masih Suka Ngompol?
Tentu mengagetkan saat pagi-pagi mendapati sprei tempat tidur anak remaja Bunda basah. Padahal kamar tidak ada yang bocor. Saat sprei dicium, hmmm.. bau pesing! Duh, berarti si anak semalam ngompol. Paginya terbangun karena risih, dan buru-buru ke toilet untuk ganti celana dan menghindari malu. Tapi dia meninggalkan jejak di tempat tidurnya.
Kalau kejadian mengompolnya ini sesekali saja, tentu bisa dimaklumi. Pasti ada penyebabnya semalam. Mungkin saja ia minum air putih terlalu banyak sebelum tidur, atau sudah agak kebelet tetapi sudah keburu mengantuk. Wajar, ini namanya kecelakaan.
Nah, beda ceritanya kalau aksi mengompolnya ini sering terjadi, hampir setiap malam. Terlebih usia anak sudah lewat dari 12 tahun. Ini yang perlu Bunda waspadai. Apa penyebabnya? Apakah berbahaya? Perlukah diterapkan juga toilet training? Apakah Minikinizz memproduksi training pants untuk remaja?
Penyebab Anak Remaja Ngompol
Mengompol, istilah kerennya adalah bedwetting, pada anak remaja, bisa disebabkan beberapa hal ini, di antaranya:
1. Terlalu banyak minum
Banyak minum air di malam hari membuat ginjal memproduksi lebih banyak urine hingga memenuhi kandung kemih. Kalau tidak muat, ya bocor saat tidur.
2. Ukuran kandung kemih yang kecil
Anak remaja yang kandung kemihnya kecil, akan kesulitan menahan BAK terlalu lama. Lebih susah lagi pada saat si remaja itu tidur. Pertahanan jebol, terjadilah ngompol.
3. Gangguan tidur
Salah satu gangguan tidur pada remaja adalah insomnia. Jam tidur pun menjadi kacau. Saat terasa kebelet, bisa jadi kondisi mereka masih sangat mengantuk dan berat untuk beranjak ke toilet, sehingga terjadilah ngompol.
4. Pola tidur berantakan
Selain gangguan tidur, remaja kadang juga mengalami pola tidur yang kacau, seperti tidak tidur siang, tidur larut malam, dan bangun terlalu cepat. Kerja otak menjadi terganggu, sehingga proses komunikasi otak ke organ lain menjadi susah, salah satunya saat harus menahan BAK.
5. Stres & depresi
Saat remaja mengalami berbagai masalah, seperti: orangtua yang bercerai, tugas sekolah menumpuk, hingga masalah percintaan remaja, bisa membuat anak remaja stres dan depresi. Ini membuatnya susah mengontrol keinginan BAK.
6. Hormon tidak seimbang
Produksi urine diperlambat oleh hormon bernama ADH. Kalau kekurangan hormon ini, maka tubuh akan kesulitan menahan jumlah urine di kandung kemih.
7. Riwayat genetik
Problem ngompol ini ternyata faktor keturunan. Jika kedua orangtua tukang ngompol, maka hampir 80% anak berpotensi ngompol. Kalau salah satu dari orangtua yang suka ngompol, kemungkinan anaknya hampir 45%.
Mengatasi Ngompol pada Anak Remaja
Cara mengatasi anak remaja yang masih suka ngompol, Bunda bisa menerapkan toilet training juga, tapi implementasinya sedikit berbeda dengan toilet training untuk anak balita. Toilet training untuk anak remaja bisa bunda temukan di 3 cara pertama berikut ini:
1. Batasi minum malam
Di malam hari, batasi konsumsi minuman, terutama sebelum tidur. Hindari minuman berkafein, terlebih beralkohol, karena bisa membuat iritasi kandung kemih dan otot menjadi tidak stabil. Ini yang menyebabkan ngompol.
2. Pasang alarm pipis
Gunakan alarm agar anak terbangun di tengah malam untuk BAK. Ini sangat efektif jika dilakukan terus setelah beberapa minggu. Di awal-awal, Bunda bisa menjadi “alarm” kalau anak susah terbangun.
3. Biasakan menahan pipis
Terapi toilet training ini bisa menjadi kunci keberhasilan. Minta anak untuk membiasakan diri menahan pipis saat kebelet, jangan langsung BAK. Memang, ini kurang bagus untuk kesehatan jangka panjang, tapi efektif untuk jangka pendek.
Jika anak terbiasa menahan keinginan pipis di saat terjaga, ia bisa menahan juga keinginan pipis di bawah sadar alias saat tertidur. Setelah dirasa berhasil, hilangkan kebiasaan tersebut agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
4. Konsumsi obat
Jika cara-cara di atas belum juga menemukan hasil, Bunda bisa mencoba untuk memberikan anak obat. Imipramine dan Desmopressin adalah 2 obat yang teruji untuk mengatasi ngompol. Tapi perlu diperhatikan, Bund, pastikan anak benar-benar sembuh dari ngompolnya sebelum menghentikan obat ini.
5. Tindakan operasi
Ini upaya terakhir kalau semua cara sudah dilakukan tapi belum juga berhasil. Dokter biasanya akan merekomendasikan tindakan operasi, dengan cara menanam alat di perut atau pantat untuk merangsang saraf yang berkaitan dengan urine.
Bunda tidak perlu khawatir lagi jika anak remaja Bunda masih suka mengompol. Dengan mengetahui penyebab anak remaja ngompol dan cara-cara mengatasinya tersebut, Bunda bisa membantunya untuk melewati kondisi tersebut.
Berikan dorongan dan semangat untuk melaluinya. Jangan dimarahi, terlebih dipermalukan di depan orang lain. Setelah berhasil, berikan apresiasi berupa kado kecil atau apapun yang menurut Bunda akan membuatnya berkesan. Selamat menerapkan toilet training remaja, Bund!