facebook pixel

Waspada Bahaya Klorin pada Popok Bayi Sekali Pakai

Main Image: Waspada Bahaya Klorin pada Popok Bayi Sekali Pakai

Bunda masih menggunakan popok bayi sekali pakai (disposable) untuk si kecil? Sebagian Bunda pasti beralasan demi kepraktisan, terutama jika digunakan saat bepergian. Ya, kan?

Bunda masih ingat dengan kasus heboh dan viral ditemukan kandungan zat kimia klorin pada sejumlah produk pembalut wanita dan juga pantyliner beberapa waktu lalu? Kasus itu melibatkan pihak YLKI yang mewakili masyarakat konsumen pengguna produk tersebut yang merasa dirugikan, pihak produsen dari produk-produk tersebut, hingga Kementerian Kesehatan.

Mengapa heboh? Mengapa viral? Apakah ada unsur upaya “black campaign” dari pihak tertentu dalam koridor persaingan bisnis? Atau apakah memang benar seperti itu?


Kasus & Bahaya Klorin

Berkaitan dengan kejadian beberapa tahun lalu di mana Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia itu menerima laporan dari konsumen produk pembalut wanita merek tertentu yang mengalami gangguan kulit serius. YLKI pun langsung gerak cepat melakukan penelitian uji laboratorium.

Hasil penelitiannya: terbukti ditemukan adanya bahan klorin! Selain itu juga dibeberkan dampak bahwa bahan klorin itu korosif atau punya sifat menghasilkan korosi jika bereaksi. Tak hanya membuat kulit iritasi, gatal-gatal, keputihan, infeksi kewanitaan, bau tidak sedap, dan haid tidak lancar, tapi klorin juga dapat menghasilkan zat dioksin yang dalam jangka panjang bisa memicu kanker pada organ reproduksi wanita, yaitu kanker serviks (mulut rahim), kanker ovarium, kanker payudara, hingga myom atau kista.  

Bahan klorin pada produk pembalut yang tersentuh kulit akan terserap juga ke aliran darah penggunanya, lalu meluncur ke organ-organ di dalamnya hingga mengendap di sana. Klorin yang tinggal di jaringan lemak inilah yang akhirnya akan mengancam, terlebih jika diakumulasi pada penggunaan dalam jangka panjang. Mengerikan ya, Bund..

Walau pada akhirnya ada klarifikasi dari pihak produsen dan dikuatkan dengan pernyataan Menteri Kesehatan bahwa kadar penggunaan klorin pada produk pembalut wanita dan pantyliner itu masih berada di ambang batas normal dan tidak membahayakan. What?! Kondisi sensitivitas kulit setiap pengguna juga berbeda-beda satu dengan lainnya, lho. Artinya ancaman itu bisa berdampak berbeda juga untuk setiap penggunanya.


Klorin pada Popok Bayi sekali Pakai

Nah, setelah terendus dan terbukti penggunaan zat kimia klorin pada produk pembalut wanita dan pantyliner itu, masyarakat pun menjadi was-was penggunaan bahan berbahaya serupa pada produk popok bayi. Ya, karena sifat dan jenisnya yang serupa, maka sangat masuk akal jika popok bayi juga menggunakan bahan klorin.

Bunda sudah melihat betapa bahayanya klorin yang terdapat pada pembalut wanita atau pantyliner jika sampai terdampak ke penggunanya. Bagaimana dengan bayi? Terlebih bayi perempuan? Bukankah kulit bayi jauh lebih sensitif dibanding dengan kulit wanita dewasa? Coba Bunda renungkan mendalam hal ini. 

Tapi sebenarnya apa sih, klorin itu? Dari tadi kita membahas tentang klorin dan ancaman bahayanya, tapi belum kenal siapa itu klorin.

Klorin ini adalah gas kuning kehijauan, di mana seiring dengan kemajuan teknologi dalam pembuatan pembalut wanita, pantyliner, dan popok bayi sekali pakai yang terbuat dari bahan daur ulang menggunakan bahan-bahan kimia untuk membersihkannya dan juga menggunakan bahan klorin agar produk-produk tersebut berwarna putih bersih.

Sebagai data tambahan, pernah dilakukan penelitian terhadap sejumlah popok bayi yang banyak beredar di pusat perbelanjaan di Medan, sekaligus bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan pada Bunda dalam hal menentukan popok bayi untuk si kecil. Penelitian deskriptif dengan metode sampling itu mengambil 11 merek popok bayi dan 30 konsumen yang membeli produk tersebut.

Kita bahas hasil analisis dari penelitian popok bayinya saja ya. Dari 11 merek popok bayi sekali pakai yang beredar di pasaran itu (khususnya di sejumlah pusat perbelanjaan) itu dari 11 merek yang diuji, ditemukan 5 merek terdapat kandungan klorin. Kisaran kandungan bahan berbahaya itu adalah 20,21-36,54 mg/kg. Kadar kandungan tersebut tidak memenuhi syarat penggunaan bahan berbahaya bagi kesehatan.

Kita singgung sedikit saja tentang uji pengetahuan dan tindakan dari para Bunda yang membeli dan memilih popok bayi sekali pakai. Rata-rata mereka punya pengetahuan sedang atau cukup, begitu juga dengan tindakan yang dilakukan terhadap ancaman bahaya yang terdeteksi di dalam popok bayi yang mereka pakaikan ke si kecil.


Beralih ke Popok Bayi yang Bebas Klorin

Untuk itu disarankan agar Bunda lebih selektif dalam memilih popok bayi, terlebih kepada mereka yang masih menggunakan popok bayi sekali pakai, agar lebih memperhatikan komposisi dan izin pada kemasan popok bayi sebelum membelinya. Pilihlah produk dengan kadar klorin paling rendah.

Jika Bunda tidak mau mengambil risiko lebih jauh, Bunda sudah dihadapkan pilihan untuk menggunakan popok bayi yang jauh lebih aman, yaitu clodi alias popok bayi cuci ulang. Popok bayi yang digunakan berulang-ulang ini jauh lebih aman untuk kesehatan, lebih hemat karena Bunda cukup membelinya beberapa saja untuk digunakan berulang. Bahkan bisa digunakan lagi untuk adiknya jika Bunda dikaruniai bayi lagi.

Selain itu popok cuci ulang juga ramah terhadap lingkungan, karena tidak menghasilkan limbah yang bisa berbahaya juga bagi orang-orang yang berada di sekitar tempat pembuangannya. Bunda hanya perlu membersihkan kotorannya saja setiap kali habis pakai. Itu saja, selebihnya banak manfaat untuk Bunda dan si kecil.

Banyak pilihan popok cuci ulang yang beredar di pasar. Salah satu yang direkomendasikan adalah produk clodi keluaran dari Minikinizz, yang hadir dalam beragam desain lucu, berbahan kuat, dan dilengkapi kancing yang membuat si kecil nyaman menggunakannya.

Share this Post:
Whatsapp Telepon SMS